Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga
Cerita Sex Terbaru - Di siang hari yang terik itu, Rina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, Rina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.
“Eh, neng Rina. Bibi kirain siapa.”
“Iya bi, cepetan dong panas nih.”
“Iya iya neng masuk..”
Rina dengan segera melenggang masuk
kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya
setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak
selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.
“Orang-orang belom pada pulang ya?”
tanya Rina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia
udah bilang kok neng Rina mau dateng. Cuman ada mas Romi aja yang udah pulang
sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.
“Oh gitu, yauda deh. Saya ke
kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”
“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’
Dan bi rumi pun menghilang ke
belakang, menyisakan Rina sendirian. Rina pun dengan santai melenggang ke
lantai dua menuju kamar Cynthia. Rina dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama
sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan
mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Rina kerap bermain ke rumah
Cynthia. Tak jarang di akhir minggu Rina menginap disana, jadi seisi rumah
sudah menganggap Rina seperti keluarga sendiri.
Setibanya ia di kamar Cynthia, Rina
segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cythia
sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan
pulang hingga beberapa jam kedepan. Rina sendiri sebelumnya sudah berencana
untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana
berduaan tersebut gagal dan akhirnya Rina memilih untuk menghabiskan waktu saja
di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Rina hanya membolak-balik hapenya saja untuk
membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun
bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.
Baru saja ia melongok keluar pintu,
matanya tertuju kearah pintu kamar Romi diseberang kamar Cynthia yang ternyata
sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Rina pun memutuskan untuk mengisengi
Romi saja. Romi sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak
beberapa tahun. Saat itu Romi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya
tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini
Romi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi
menjulang semakin kekar. Meski ia akui Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu,
namun tetap saja di mata Rina, Romi adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi
bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.
Sambil berjingkat-jingkat Cynthia
menghampiri kamar Romi dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu.
Nampak Romi tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari
mengenakan headphone. Rina pun mengendap-endap mendekati Romi yang kala itu
hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru
hendak menepuk bahu Romi, Rina tercekat melihat layar komputer Romi. Rina baru
tersadar Romi ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya.
Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Rina sudah berada
tepat di belakangnya. Rina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng
sendiri menahan geli melihat tingkah polah Romi yang sedang bernapas tak
beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai bergerak merabai gundukan
boxernya sendiri. Saat itulah Rina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu
Romi sambil berteriak kencang.
“HAYO LAGI NGAPAIN!”
Romi nyaris terjengkang kebelakang
sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal
sangking kagetnya. Dengan cepat Romi mematikan layar komputernya dan berdiri
dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Rina tertawa tergelak hingga
terduduk di kasur Romi.
“K-kak Rina ngapain sih! Ngagetin
orang aja!!” Ujar Romi masih sambil terbata-bata.
“Lagian elu sih Rom, nonton bokep
serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Rina lagi di sela-sela tawanya.
Romi tampak memerah padam wajahnya,
ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.
“Emang seru banget gitu bokepnya?
mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar Rina lagi sambil beranjak mendekati
layar komputer.
“Eh Eh! ngapasin sih kak Rina!
u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Romi sambil berusaha
menghalang-halangi Rina.
“Ah berisik lu Rom, mana cepet gue
pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa
lo.” ancam Rina sambil terkekeh.
Romi tak bisa berkutik mendengar
ancaman Rina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah
Rina. Rina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video
porno tersebut. Di lain pihak Romi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk
kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.
“Ih gila lu Rom, nontonin yang
dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Rina
asal. Romi yang makin salah tingkah yang justru membuat Rina makin bersemangat
untuk mengusilinya.
Romi bergerak cepat menutup pintu
kamarnya, takut bila nanti bi rumi ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia
berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau
bahkan mamanya.
“Duh udah dong kak Rin, please
ampun kak..” mohon Romi. Tetapi Rina diam saja sambil terus tersenyum-senyum
jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.
“Ckck.. ga nyangka gue Rom, lo
ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..”
celoteh Rina lagi. Romi makin memerah kupingnya mendengar ocehan Rina.
Dalam hati Rina memuji juga selera
Romi. Video yang diputar Romi diam-diam agak membuat Rina hanyut juga. Apalagi
rencana Rina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Rina makin gemas
saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Rina melirik Romi yang
berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Rina melihat
Romi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat pikiran
kotor Rina bergejolak.
“Yauda deh Rom, lo lanjutin gih
kegiatan menjijikan lo itu.”
Sejenak Romi bernapas lega
mendengar perkataan Rina.
“Tapi, siap-siap aja ya kena omel
sama kakak lo. Hahaha..”
“Yaaah.. please kak Rin, jangan
dong kak.” Mohon Romi seraya menarik lengan seragam Rina dengan wajah sangat
memelas.
“Ih jangan pegang-pegang!” tukas
Rina sombong.
“Ayo dong kak please jangan kak..
apa aja deh Romi kasih, kak Rina laper? mau pizza? Romi pesenin ya?” rayu Romi
sengit.
“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di
rayu..” balas Rina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Rina kembali
berucap.
“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin.
Tapi sebagai hukumannya. Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..”
ujar Rina jahil.
Romi termangu tidak mempercayai
perkataan Rina. Rina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan
ekspresi Romi. Dalam hati Rina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Romi.
“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga
yaudah.” Ancam Rina lagi sembari berakting melangkah pergi.
“I-iya kak! tunggu bentar please
tunggu..” cegah Romi.
Rina berdiri bercakak pinggang
memandangi Romi dengan pongah sambil tersenyum kecil. Romi nampak ragu dan
hanya bisa menunduk lemas.
“Ayo cepet, lama banget lu ah Rom.
Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Rina Rina lagi
mengancam.
Romi terdiam beberapa saat, dan
kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Rina memperhatikan
pergerakan Romi dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Romi
memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata Rina membelalak manakala
matanya menangkap perut bawah Romi yang melengkung berbentuk V. Rina berpikir
dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena
ikut-ikutan nge-Gym.”
Romi sempat berhenti sesaat sebelum
menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya
malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke
dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Romi memerah padam tak sanggup
membalas pandangan Rina sama sekali. Kini Romi berdiri tanpa sehelai benangpun
tak jauh dari Rina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.
“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.”
Pekik Rina girang tatkala Romi usai menanggalkan boxernya. Romi masih hanya
diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri
telanjang bulat menunggu hukuman.
“N-ngapain kak, udah dong Romi udah
kapok..” Mohon Romi lagi dengan suara lemas.
“Pake nanya lagi, cepet buruan
kocok, hihi.” ujar Rina cuek sembari terkikik geli.
Romi dengan sangat perlahan mulai
merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya.
Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.
“Mana kok ga bangun-bangun sih?
Malu ya? Ahaha..” goda Rina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal
gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar Rina mengancam.
Mendengar ancaman Rina otomatis
Romi berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Rommy
melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat
mengintip dengan jelas belahan dada Rina dari yang duduk lebih rendah tepat di
hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan
membantu ereksi Rommy.
Rina dengan seksama melirik mata
Romi yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti
itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam
itu. Namun kali itu Rina memilih untuk diam saja membiarkan Romi untuk melirik
sesukanya, apalagi ia melihat penis Romi kian menegak keras. Rina pun makin
lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di
seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.
“Nih udah gausah ngintip-ngintip
segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik Rina.
Romi langsung melotot matanya
melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya.
Otomatis penis Romi menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Rina
pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis Romi. Untuk ukuran anak smp penis
Romi bisa menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung
keatas dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau
kuliah bisa sebesar apa penis Romi. Rina jadi menelan ludah diam-diam.
“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu
diem Rom. Gue pengen liat segede apa.”
Romi yang sudah mulai tegangan
tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Rina. Dengan posisi itu
Rina bisa meneliti betapa gagahnya penis Romi di depan mukanya itu. Romi
berdebar-debar gorgi manakala Rina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal
sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan
berurat membuat Rina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin
gagah terlihat. Romi jadi mengkhayal apabila Rina mengoral penisnya seperti di
film porno. Ahhh.. betapa bahagianya Romi apabila itu terjadi.
“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok
lagi!” perintah Rina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis Romi usai ia
memandanginya lekat-lekat tadi.
Romi pun dengan ogah-ogahan mulai
mengocok lagi penisnya didepan Rina. Agak kecewa juga Romi karena harapannya
tadi tidak menjadi kenyataan.
“Pokoknya harus keluar ya. Gue
gamau kalo ga keluar.” Tambag Rina lagi.
“S-susah Kak. Habisnya gue ga ada
bahan lagi..” Kilah Romi malu-malu.
“Heh? Emang ini kurang? Udah
bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..”
Bentak Rina.
“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan
kak Rina suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Romi bisa kontrol? Hayo..”
Ujar Romi lagi berusaha membela diri.
“Hm. Sok banget lu nawar-nawar.
Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending
lo gue aduin sekarang ke Cynthia.” Balas Rina lagi.
“N-ngga ngga kak Rin, ga itu kok.
Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab Romi terbata-bata.
“Buka apaan?” Tanya Rina lagi tidak
sabar.
“Turunin branya aja kak nin. Dikit
aja, b-biar Romi on lagi.” Tawar Romi malu-malu.
Sial, pikir Rina terdiam sesaat.
Rina sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis Romi hingga ejakulasi
nanti, namun mendengar tawaran Romi Rina jadi menimbang-nimbang sendiri
permintaan tersebut.
“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya.
Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap
Rina menyetujui permintaan toni.
Romi mengangguk-angguk cepat
girang. Rina dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan
sebelah tali bra nya. Romi dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Rina melirik
sedikit kearah Romi, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan
mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata Romi melotot nyaris
copot memandangi nanar payudara Rina yang menggantung bebas di udara, serta
pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.
Gairah Romi bangkit lagi.
Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Rina terkekeh melihat
ekspresi wajah Romi yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan Romi. Dengan
genit Rina makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang
Romi. Lalu dengan lembut Rina menjawil sendiri puting susunya dengan
telunjuknya, dan mendesah kecil.
“Aduh.. geliiiii….”
Romi makin kesetanan melihat aksi
Rina. Dengan napas menderu ia berbisik ke Rina.
“Terus kak nin, colek lagi kak..
Cubitin kak…”
Rina tersenyum nakal mendengar
permohononan Romi. Dengan perlahan Rina mencubit putingnya yang kenyal dan
memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.
“Awh, Rom.. uuunnnch…”
Rina menggeliat manja sengaja
memancing birahi Romi lebih lagi. Sialnya hari itu memang Rina sedang agak
horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu
rangsangan di putingnya itu dan show Romi didepannya diam-diam malah ikut
memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan Rina keterusan untuk mencubit-cubit
mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani Romi.
Ditengah gelora nafsu Romi melihat
tatapan Rina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini Romi
melihat Rina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang
satunya lagi hingga kini Rina asyik memainkan kedua puting susunya didepan
Romi.
“Ouh kak Rina, seksi banget kak..
Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing Romi.
Rina tak menggubris bisikan Romi
dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana
dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan Rina
terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Rina mengumpat dalam hati
karena ia jadi ikut terangsang. Rina menjadi gemas sekali oleh penis Romi. Tapi
ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan
mengisap penis Romi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma Romi. Pasti
legit sekali rasanya, pikir Rina dalam hati.
“Kak Rin, Romi pegel nih kak tangannya..” ujar Romi lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar Romi mencoba peruntungannya.
“Kak Rin, Romi pegel nih kak tangannya..” ujar Romi lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar Romi mencoba peruntungannya.
Rina melirik Romi tajam. Sial
sekali Romi seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu
seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir Rina dalam hati.
“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!”
jawab Rina singkat sembari berusaha tetap cool.
Romi berbunga-bunga seakan bermimpi
di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya
kedepan. Rina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras
Romi. Romi menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan Rina menggengam
penisnya. Nyaris saja Romi ejakulasi merasakan halusnya tangan Rina. Rina
mendesis gemas sembari menyapu jengger Romi dengan jempolnya. Rina jadi
terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya.
Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis Romi dalam genggamannya.
Dengan pelan Rina mulai mengocok
penis Romi naik dan turun. Romi menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan
kenikmatan. Rina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan Romi. Ingin
rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi Romi. Rina meludahi tangannya sendiri
untuk melicinkan kocokannya. Romi terbelalak dan mendengus nafsu melihat
kebinalan Rina seperti itu.
“Awghh… k-kak Rin.. Enak bangettt…
suerr…” ceracau Romi.
CLOK!
CLOK!
CLOK!
CLOK!
Bunyi kulit pelir Romi bergesekan
dengan telapak tangan Rina yang basah oleh liurnya sendiri. Rina bahkan
menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis Romi
demi melicinkan lagi kocokannya.
“Kak Rin, j-jilat dikit dong kak..
Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu Romi lagi.
Shit, pikir Rina dalam hati. Sebenarnya
memang Rina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun
tentu Rina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata
dunia? Tapi kini posisinya Romi sudah meminta, jadi Rina berpikir apakah ia
akan mengiyakan permintaan Romi atau tidak. Namun dilain pihak Rina juga begitu
ingin mengecap sperma Romi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi,
Rina mencondongkan kepalanya maju.
“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh..
sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”
Rina dengan sekejap langsung
mengemut kepala penis Romi dan mengisapnya bak permen lolipop. Romi
mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu.
Sapuan lidah dan hisapan Rina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi Rina
juga menikmati mengisapi batang penis milik Romi itu. Bagaimana Rina harus
membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis Romi kedalam
mulutnya.
“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm…
slrrrpppp…”
Rina melepahkan pelir Romi dan
menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis Romi dan
dijilatnya batang Romi mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri
dengan kuluman dalam mulutnya, membuat Romi kocar kacir. Rina mengeluarkan
pengalamannya demi membuat Romi bertekuk lutut, sialnya Romi bisa begitu kuat
menahan orgasmenya hingga Rina harus berupaya ekstra.
Akhirnya Romi tak bisa lagi menahan
orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, Romi tiba-tiba menjambak rambut panjang
Rina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Rina yang sama sekali
tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul Romi ketika penis gagah Romi
terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Romi dengan gilanya menggagahi
tenggorokan Rina tanpa ampun, membuat Rina tersedak dan terbatuk-batuk hebat.
Bak di dalam video porno hardcore,
Rina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa Romi. Diantara keberingasan itu
Rina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas
Romi ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga
basah sendiri celana dalam Rina.
“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue…
ssshhghghggg….gggghhhhh…….”
Romi meregang sembari membenamkan
pelirnya dalam-dalam di mulut Rina. Cairan sperma Romi yang berlimpah
membanjiri rongga mulut dan tenggorokan Rina. 1,2,3,4, kali penis Romi
berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut Rina adalah rahim yang hendak
dibuahinya. Rina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya
bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika Romi usai menuntaskan orgasmenya, ia
mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi
komputernya lagi.
“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH…
aahgghhhh… ohok.. Ohok…”
Rina terbatuk-batuk hebat ketika
paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak,
serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Rina mengelap bibirnya yang
belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang
menetes ke pipi. Romi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari
mengelap penisnya menggunakan tissue.
“Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu tom..
Hhh.hhh..” umpat Rina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.
Romi buru-buru bangkit dan
mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir Rina yang masih tidak
karu-karuan. Romi dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa
kebrutalannya tadi. Rina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah Romi.
“Maap kak… Romi kebawa suasana..
Maap yaah .Abis kak Rina hebat banget sih nyepongnya. Romi jadi ga kuat..” Ujar
Romi sambil malu-malu
“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga
langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan
siang gue tadi.” dengus Rina kesal.
“Iya deh maap ya kak nRn, nanti
besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu Romi.
“IH, enak aja besok-besok lagi.
Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir Rina sembari masih tersengal-sengal.
“Jangan gitu dong kak Rin, haha.
Enak kan kontol Romi? Buktinya kak Rina ngisepnya menghayati banget tadi..”
ujar Romi sambil tersenyum-senyum.
“Halah, kepedean lu Rom. Namanya
orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos Rina lagi.
“Hoooooo jadi tadi sange juga toh?
Kesian dong kak Rin belom keluar.. Karena Romi baik, sini gantian Romi bantuin,
Kak.” goda Romi sambil tersenyum-senyum girang.
“EH EH mo ngapain lu Rom? Ih
lepass!”
Romi segera merengkuh tubuh Rina
dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh Rina betapa badan Romi yang jauh
lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Romi
dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher Rina. Bahkan tangannya Romi juga
kini ikut menggerayangi dada Rina.
“Rom.. Rom udah Rom udah, iya iya
ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon Rina berusaha menghentikan serangan
Romi.
“Kenapa kak Rin? Hmmmm…mmmuach… kan
Romi cuman pengen bantuin kak Rina aja, ga enak dong Romi tadi udah keluar
duluan kak Rina belom.. Mmmmwach..” ujar Romi terus menyerang tengkuk Rina.
Rina merasakan penis Romi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.
“Oke, oke deh, lo boleh bantuin
dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya Rom. Lo jilatin aja ya… okeee?
Hmmm..” kilah Rina berusaha menghindar, Rina merasa terpaksa menyerah ketimbang
Romi terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.
“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini
kak Romi jilatin kak.” ujar Romi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.
Rina menghela napas mengatur
napasnya lagi. Nyaris saja Rina pasrah oleh serangan Romi. Romi nampak begitu
bersemangat tersenyum-senyum membuat Rina geleng-geleng kepala. Rina dengan
agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan
pahanya dalam-dalam agar Romi tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam
pink nya.
“Eh, eh, kak kok langsung sih?
Nanti dong santai.. Hehe. Romi pengen jilat yang ini dulu..” Ujar Romi seraya
meraba payudara Rina. Sialan pikir Rina, kali ini malah keadaan berbalik
dirinya yang dimanfaatkan Romi.
Dengan masih tersenyum-senyum
cabul, Romi merabai payudara Rina. Ditariknya lagi Rina hingga ia jatuh
terduduk diatas kasur. Romi dengan lembut menjawil puting susu Rina dari balik
bra.
“Eghmmm..”
Rina menahan bibirnya rapat-rapat
agar tidak kelepasan mendesah. Romi tentu tak akan pikir dua kali untuk
memanfaatkan Rina habis-habisan. Kini dua telunjuk Romi bermain di kedua puting
susu Rina yang kenyal. Rina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Romi
beralih kebelakang Rina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting
Rina lembut. Untunglah pikir Rina, karena Romi jadinya tidak bisa melihat
ekspresi Rina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh Romi.
Romi terus memancing desahan Rina
untuk keluar. Dari posisi belakang, Romi dengan diam-diam kembali menciumi
leher Rina penuh nafsu. Rina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala Romi
mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah Rina melingkarkan lengannya
kebelakang merangkul leher Romi. Romi begitu girang melihat gelinjang manja
tubuh Rina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan
wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Rina
teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.
“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli
banget gue….” ceracau Rina dalam kenikmatan.
Romi dengan giatnya terus mencubit,
menjawil, mengusap, dan menarik puting Rina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari
dileher dan kuping Rina membuatnya bergetar keasyikan. Rina tak habis pikir
bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya
sendiri.
Kemudian secara perlahan sebelah
tangan Romi merayap kebawah dan membelai paha Rina. Rina yang sudah tipis
kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan Romi untuk membuka kedua pahanya.
Romi mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam Rina. Rina
menoleh kearah Romi dan segera memagut bibir Romi penuh nafsu ketika jemari
Romi merabai kemaluannya lembut.
“Ahh.. anget banget kak. Enak ya
dimainin Romi?” tanya Romi mesra.
Rina menjawab dengan pagutan yang
sangat mesra di bibir Romi sembari badannya menggigil merinding ketika Romi
terus menjamahi kemaluannya. Romi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya
masuk kedalam celana dalam Rina. Rina yang kalap menjambak rambut Romi dan
menciumnya makin dalam ketika jemari Romi mengusap bibir vagina Rina yang
berlendir.
“Ssshh.. Itilnya rom, itilnya
mainin plis..” Mohon Rina.
“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”
“Aggghhh rommm….”
Rina meringis penuh kenikmatan
sewaktu ujung jari tengah Romi menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek
tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan Rina bergetar seakan
dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Romi menjawili
mesra klitoris Rina. Kini bahkan kedua kaki Rina berjinjit mengangkang di
pinggir kasur membuat Romi makin leluasa mengerjainya.
“Ahmmm… gila rom enak bangettt..
Terusin romm… kocokin memek gue rommm…”
Romi segera memasukkan jari
tengahnya kedalam rongga kemaluan Rina. Sangking basahnya dengan mudah jari
Romi menelusup masuk. Romi baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh
licin, berdaging, dan tentu saja basah. Romi mengorek-ngorek penuh rasa ingin
tahu isi dalam vagina Rina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, Rina
merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara Romi diantara kedua kakinya
terus mengorek-ngorek vagina Rina.
“Rooom.. Gilaa…tommm…auhh terus rommm….
Mhmhh..”
Rina merengek-rengek liar ketika
Romi memasukkan jari kedua kedalam vagina Rina dan kemudian menyeruput klitoris
Rina dengan sedapnya.
“Shrrrrppppppptttt…..”
Rina menggelinjang binal dibuatnya.
Disodok-sodokannya jari Romi kedalam vagina Rina dengan beringas.
“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue
rom, kasarin romm.. Ouggghhh fuck me!”
Romi tersenyum girang luar biasa
mendengar teriakan garang Rina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar.
Romi merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina Rina. Rina
mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga Rina menyemburkan
cairan encer dari dalam kemaluannya. Romi terbelalak kaget ketika Rina terus
menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah
menggenang.
Dan akhirnya Rina melepaskan
jepitan pahanya dan melepaskan tangan Romi yang basah kuyup hingga ke
lengannya. Baru kali itu Romi merasakan sendiri sensasi squirting yang selama
ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Rina megap-megap mencari napas sehabis
mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Romi membiarkan Rina beristirahat
sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Rina
kembali sadar dan melirik lembut kearah Romi.
“Sini Rom..” Panggil Rina lembut.
Romi mendekat diatas tubuh Rina dan
kemudian secara naluriah Rina melingkarkan kedua kakinya di pinggang Romi, dan
mencumbui bibir Romi mesra. Rina sendiri merasa takjub Romi bisa membuatnya
orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa
membuatnya seperti itu.
“Belajar darimana lo kaya gitu?
Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar Rina sembari tetap mendekap manja
Romi.
“Hehe, iya dong tapi ada untungnya
kan? Buktinya Romi bisa bikin kak rin muncrat ampe segitunya..” kelakar Romi.
“Huu.. hoki lu bisa bikni gue
begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar Rina lagi sembari kembali
mencumbu Romi manja.
“Haha.. berarti lebih jago Romi
dong dari pacarnya kak Rina? Kalo gitu pacaran sama Romi aja kak.. Romi entot
tiap hari deh janji..” rayu Romi nakal.
“Haha geer lu rom, emang siapa yang
mau dientot sama lo?”
“Yakin gamau dientot kak? Udah
keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”
Romi terus merayu Rina sembari
menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Rina. Sesekali kepala penisnya
menggesek klitoris Rina membuat Rina kembali menggelinjang geli. Terkadang
bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina Rina yang
sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak
memperdulikan waktu.
“Emang lu bisa masukin rom? Yakin
ga salah lobang?” goda Rina sambil tersenyum genit.
“Wah meragukan nih. Bener ya? Romi
masukin nih… hmmmmm..”
“Coba aj–eggngnggghhhh….”
Rina seketika meringis ketika
kepala penis Romi masuk tepat sasaran kedalam vagina nia masih dalam posisi
mereka tetap berpelukan seperti tadi. Romi tersenyum penuh kemenangan melihat
Rina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis Romi sudah
merangsek masuk kedalam liang vagina Rina. Romi merasa birahinya naik lagi
dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur
hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya
vagina asli.
“Romiii.. kok langsung masuk
sihhh.. kak Rina belom siap..” Protes Rina dengan manja. Nadanya sangat lembut
tak seperti yang tadi-tadi.
“Tadi kak Rina nantangin.. sshhh..
Romi masukin lagi yah? ughh..” ujar Romi mendesis-desis keenakan penisnya
dijepit vagina Rina.
Romi dengan perlahan menggerakan
pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina Rina. Rina
merengkuh leher Romi kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi
semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis Romi
tertanam seluruhnya dalam vagina Rina. Romi berdiam sejenak menikmati sensasi
seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina Rina. Begitu juga Rina yang
menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis Romi. Terasa
begitu nikmat selisih diameter antara penis Romi dibanding milik kekasihnya,
dimana vagina Rina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.
“Gede banget rom…” bisik Rina tanpa
sadar oleh rasa takjub. Romi jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu,
apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama.
Dengan percaya diri Romi mulai
menggenjot Rina dibawahnya. Romi dengan cepat mampu beradaptasi dan
menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.
POK.
POK.
POK.
POK.
POK.
Bunyi tamparan daging bertemu
daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan
desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Romi dengan
fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat Rina dibawahnya makin
kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan
pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan Rina.
“Sshh.. sini kak rin gantian kak,
entotin Romi yah.. hehe..” Ujar Romi sembari merengkuh badan Rina.
Masih dalam posisi missionary, Romi
merengkuh badan Rina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya Rina duduk
dipangku diatas Romi berhadap-hadapan dengan Romi berada dibawah. Rina dengan
cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap
penis Romi.
“Ughhh.. dalemm..” bisik Rina
manja.
Dalam posisi berpangkuan seperti
itu terasa penis vertikal Romi menancap dalam. Rina mulai menggerakkan
pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Romi dengan
sabar memegangi kedua bongkah pantat Rina dan membimbingnya bergerak naik
turun. Dengan giat Rina menunggangi Romi sambil terus meracau dan mendesah.
Romi yang masih belum puas bermain
dengan Rina, menggiring Rina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya
dibawah kaki Rina. Rina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika Romi
serta merta dengan gagahnya menggendong Rina didalam dekapannya.
“Ahhg romm, mo ngapain..?”
Romi tak menjawab dan hanya
langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan Rina. Dengan sekejap Romi
kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan Rina masi dalam posisi
berdiri menggendong Rina seperti itu.
“AUGH!!”
Rina melolong antara ngilu dan
nikmat ketika Romi lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Rina hanya bisa
berpegangan kuat-kuat di leher Romi saat badannya terayun-ayun kedepan dan
belakang. Memanfaatkan gravitasi, Romi mengayun Rina maju mundur. Badan Rina
terombang-ambing terus menerus dihantam oleh Romi yang beringas seperti kuda
liar. Baru terasa oleh Rina betapa Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu.
Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu
mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.
Rina bergetar kejang-kejang
manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris
mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya,
ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan Romi makin
membuat kakinya mati rasa. Sedangkan Romi masih dengan gagahnya menggendong
Rina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya
keringat yang mengucur.
“Rom.. Romii… ROMI!!”
Rina memekik kencang memanggil nama
Romi manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim Rina kembali tercurah
kencang. Pinggul dan pantat Rina mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala
curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang
tertancap keras batang Romi. Romi dengan santai menikmati tumpahan air yang
mengalir membasahi paha hingga kakinya. Romi tersenyum melirik ekspresi Rina
yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya
setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.
Romi dengan perlahan kembali
menelentangkan Rina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi
menyangga dirinya di pelukan Romi. Rina yang masih mengambang diantara
kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya
sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat.
Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih
mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari Romi.
Romi dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Rina, melihat dirinya
yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah Romi
kembali bergelora ketika membayangkannya.
“Kok udah lemes? Masih belom
selesai loh. Romi masi belum keluar lagi nih..” Ujar Romi seraya membaringkan
badan disebelah Rina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Rina mendengking
pelan menghindari usapan tangan Romi di kepalanya seolah berusaha menampik
rayuan Romi, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal.
Rasanya Rina enggan untuk meladeni nafsu bejat Romi yang ternyata diluar dugaan
Rina itu. Dengan gemas Romi menjambak rambut Rina dan berbisik kasar.
“Ayo. Gue masih pengen ngentotin
memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar Romi dengan nada mengancam seraya mencium paksa
bibir Rina. Rina seketika ciut mendengar perkataan Romi barusan. Ia tak
menyangka Romi bisa membuatnya ketakutan seperti itu.
“Mmmggghh..! Udah Rom.. Please..”
Mohon Rina sepenuh hati. Didorongnya Romi menjauh melepaskan ciuman mereka.
Namun Romi yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan
permohonan Rina. Romi kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala
Rina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut Rina.
“MMFHGHGHHH!!”
Rina kembali gelagapan dipaksa
menelan batang pelir Romi yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Romi
mengangguk-anggukkan kepala Rina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di
mulut Rina.
“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”
Setelah puas melicinkan penisnya
dengan liur Rina, Romi pun mengangkat badan Rina hingga Rina bersimpuh
didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat Rina.
“Anngggghh!” Rina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan
gagahnya Romi meraih pinggul Rina, dan dengan tanpa ampun Romi menelusupkan
batangnya kembali kedalam kemaluan Rina dengan kasar.
“NNGGHHH!”
Rina mendengus ngilu ketika dalam
sekejap seluruh batang penis Romi kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa
basa-basi Romi segera menggenjot kemaluan Rina sekua-kuatnya dan
sekencang-kencangnya.
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
“Annnnghhhhhh ammmpuunn rommmm..
Amp–ngaaahhh!”
Rina terjungkal-jungkal kedepan
seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh Romi. Romi dengan buasnya
menghantam Rina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan.
Dalam keadaan seperti itu Rina malah kembali merasakan birahinya kembali naik.
Diam-diam Rina juga ikut menikmati sensasi kasar ala Romi terhadap dirinya yang
baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu
bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat Rina agak bosan.
Perilaku kasar dan beringas Romi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia
rasakan, dan anehnya Rina malah lebih menikmatinya.
Romi meraih rambut Rina lagi dan
menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!”
Rina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Romi berdesis-desis
menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi
objek masturbasinya belaka.
“Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”
Kini Romi bahkan meraih leher Rina
dan mencekiknya hingga badan Rina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka
kini sama-sama berlutut dengan Romi masih terus menghajar Rina dari belakang
tanpa ampun. Romi mencekik leher Rina kuat sembari lidahnya menyapu dan
menghisap telinga Rina dari belakang.
“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak
Rina? Hmm? Enak ngga Romi entotin gini?!” Bisik Romi seraya masih tetap
tangannya melingkar di leher Rina. Rina yang kembali melayang-layang diterpa
kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah
tangan Rina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat Romi,
tak rela apabila Romi mengendurkan genjotannya. Rina begitu larut dalam
kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.
“Mau ngga Romi entotin tiap hari
gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik Romi kasar. Panggilan kasar itu
seakan melecut Rina semakin keenakan. Semakin kasar Romi, semakin birahi Rina
berkobar.
“Agh-agh-agh-m-mau-ro-rom-agh-agh-agh”
Jawab Rina terbata-bata akibat guncangan kasar Romi menyetubuhi dirinya.
“Shh–aah… kalo gitu-shh–terima
nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”
Romi dengan serta merta tak lagi
berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan,
ia curahkan semua kedalam rahim Rina. Rina dengan syahdu menerima semburan demi
semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan
akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya
sama-sama memejamkan mata dan terlelap.
Rina terbangun kaget dan langsung
terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya
terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang
tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari
kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat
kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada
kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya
sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat Romi yang masih
terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk
dalam ingatan Rina. Dan entah mengapa Rina jadi tidak perduli dengan semua
urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir Romi lembut sambil ia tersipu malu dan
Rina pun kembali merebahkan diri disebelah Romi.
“Mhh.. kenapa kak rin? Dah bangun?”
Ujar Romi yang setengah tersadar.
“Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..”
Balas Rina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.
Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga
Reviewed by INDUK TOGEL
on
November 17, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: