Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga

Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga




Cerita Sex Terbaru - Di siang hari yang terik itu, Rina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, Rina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.

“Eh, neng Rina. Bibi kirain siapa.”

“Iya bi, cepetan dong panas nih.”

“Iya iya neng masuk..”

Rina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.

“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Rina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia udah bilang kok neng Rina mau dateng. Cuman ada mas Romi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.

“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”

“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’

Dan bi rumi pun menghilang ke belakang, menyisakan Rina sendirian. Rina pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynthia. Rina dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Rina kerap bermain ke rumah Cynthia. Tak jarang di akhir minggu Rina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Rina seperti keluarga sendiri.

Setibanya ia di kamar Cynthia, Rina segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa jam kedepan. Rina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Rina memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Rina hanya membolak-balik hapenya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.

Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Romi diseberang kamar Cynthia yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Rina pun memutuskan untuk mengisengi Romi saja. Romi sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun. Saat itu Romi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini Romi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Rina, Romi adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.

Sambil berjingkat-jingkat Cynthia menghampiri kamar Romi dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Romi tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Rina pun mengendap-endap mendekati Romi yang kala itu hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Romi, Rina tercekat melihat layar komputer Romi. Rina baru tersadar Romi ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Rina sudah berada tepat di belakangnya. Rina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Romi yang sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Rina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Romi sambil berteriak kencang.

“HAYO LAGI NGAPAIN!”

Romi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Romi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Rina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Romi.

“K-kak Rina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Romi masih sambil terbata-bata.

“Lagian elu sih Rom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Rina lagi di sela-sela tawanya.

Romi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.

“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar Rina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.

“Eh Eh! ngapasin sih kak Rina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Romi sambil berusaha menghalang-halangi Rina.

“Ah berisik lu Rom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Rina sambil terkekeh.

Romi tak bisa berkutik mendengar ancaman Rina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah Rina. Rina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Romi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.

“Ih gila lu Rom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Rina asal. Romi yang makin salah tingkah yang justru membuat Rina makin bersemangat untuk mengusilinya.

Romi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi rumi ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau bahkan mamanya.

“Duh udah dong kak Rin, please ampun kak..” mohon Romi. Tetapi Rina diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.

“Ckck.. ga nyangka gue Rom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Rina lagi. Romi makin memerah kupingnya mendengar ocehan Rina.

Dalam hati Rina memuji juga selera Romi. Video yang diputar Romi diam-diam agak membuat Rina hanyut juga. Apalagi rencana Rina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Rina makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Rina melirik Romi yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Rina melihat Romi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat pikiran kotor Rina bergejolak.

“Yauda deh Rom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”

Sejenak Romi bernapas lega mendengar perkataan Rina.

“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”

“Yaaah.. please kak Rin, jangan dong kak.” Mohon Romi seraya menarik lengan seragam Rina dengan wajah sangat memelas.

“Ih jangan pegang-pegang!” tukas Rina sombong.

“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Romi kasih, kak Rina laper? mau pizza? Romi pesenin ya?” rayu Romi sengit.

“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas Rina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Rina kembali berucap.

“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya. Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Rina jahil.

Romi termangu tidak mempercayai perkataan Rina. Rina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Romi. Dalam hati Rina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Romi.

“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam Rina lagi sembari berakting melangkah pergi.

“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Romi.

Rina berdiri bercakak pinggang memandangi Romi dengan pongah sambil tersenyum kecil. Romi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.

“Ayo cepet, lama banget lu ah Rom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Rina Rina lagi mengancam.

Romi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Rina memperhatikan pergerakan Romi dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Romi memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata Rina membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Romi yang melengkung berbentuk V. Rina berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge-Gym.”

Romi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Romi memerah padam tak sanggup membalas pandangan Rina sama sekali. Kini Romi berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Rina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.

“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Rina girang tatkala Romi usai menanggalkan boxernya. Romi masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman.

“N-ngapain kak, udah dong Romi udah kapok..” Mohon Romi lagi dengan suara lemas.

“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar Rina cuek sembari terkikik geli.

Romi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.

“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Rina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar Rina mengancam.

Mendengar ancaman Rina otomatis Romi berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Rommy melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Rina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Rommy.

Rina dengan seksama melirik mata Romi yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Rina memilih untuk diam saja membiarkan Romi untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis Romi kian menegak keras. Rina pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.

“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik Rina.

Romi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis Romi menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Rina pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis Romi. Untuk ukuran anak smp penis Romi bisa menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis Romi. Rina jadi menelan ludah diam-diam.

“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Rom. Gue pengen liat segede apa.”

Romi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Rina. Dengan posisi itu Rina bisa meneliti betapa gagahnya penis Romi di depan mukanya itu. Romi berdebar-debar gorgi manakala Rina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Rina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Romi jadi mengkhayal apabila Rina mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya Romi apabila itu terjadi.

“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Rina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis Romi usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.

Romi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan Rina. Agak kecewa juga Romi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.

“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag Rina lagi.

“S-susah Kak. Habisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah Romi malu-malu.

“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Rina.

“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak Rina suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Romi bisa kontrol? Hayo..” Ujar Romi lagi berusaha membela diri.

“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Cynthia.” Balas Rina lagi.

“N-ngga ngga kak Rin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab Romi terbata-bata.

“Buka apaan?” Tanya Rina lagi tidak sabar.

“Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar Romi on lagi.” Tawar Romi malu-malu.

Sial, pikir Rina terdiam sesaat. Rina sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis Romi hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran Romi Rina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.

“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap Rina menyetujui permintaan toni.

Romi mengangguk-angguk cepat girang. Rina dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Romi dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Rina melirik sedikit kearah Romi, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata Romi melotot nyaris copot memandangi nanar payudara Rina yang menggantung bebas di udara, serta pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.

Gairah Romi bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Rina terkekeh melihat ekspresi wajah Romi yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan Romi. Dengan genit Rina makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang Romi. Lalu dengan lembut Rina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, dan mendesah kecil.

“Aduh.. geliiiii….”

Romi makin kesetanan melihat aksi Rina. Dengan napas menderu ia berbisik ke Rina.

“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”

Rina tersenyum nakal mendengar permohononan Romi. Dengan perlahan Rina mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.

“Awh, Rom.. uuunnnch…”

Rina menggeliat manja sengaja memancing birahi Romi lebih lagi. Sialnya hari itu memang Rina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show Romi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan Rina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani Romi.

Ditengah gelora nafsu Romi melihat tatapan Rina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini Romi melihat Rina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini Rina asyik memainkan kedua puting susunya didepan Romi.

“Ouh kak Rina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing Romi.

Rina tak menggubris bisikan Romi dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan Rina terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Rina mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Rina menjadi gemas sekali oleh penis Romi. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis Romi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma Romi. Pasti legit sekali rasanya, pikir Rina dalam hati.

“Kak Rin, Romi pegel nih kak tangannya..” ujar Romi lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar Romi mencoba peruntungannya.

Rina melirik Romi tajam. Sial sekali Romi seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir Rina dalam hati.

“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab Rina singkat sembari berusaha tetap cool.

Romi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Rina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras Romi. Romi menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan Rina menggengam penisnya. Nyaris saja Romi ejakulasi merasakan halusnya tangan Rina. Rina mendesis gemas sembari menyapu jengger Romi dengan jempolnya. Rina jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis Romi dalam genggamannya.

Dengan pelan Rina mulai mengocok penis Romi naik dan turun. Romi menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Rina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan Romi. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi Romi. Rina meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Romi terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan Rina seperti itu.

“Awghh… k-kak Rin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau Romi.

CLOK!

CLOK!

CLOK!

CLOK!

Bunyi kulit pelir Romi bergesekan dengan telapak tangan Rina yang basah oleh liurnya sendiri. Rina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis Romi demi melicinkan lagi kocokannya.

“Kak Rin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu Romi lagi.

Shit, pikir Rina dalam hati. Sebenarnya memang Rina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu Rina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini posisinya Romi sudah meminta, jadi Rina berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan Romi atau tidak. Namun dilain pihak Rina juga begitu ingin mengecap sperma Romi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, Rina mencondongkan kepalanya maju.

“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”

Rina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis Romi dan mengisapnya bak permen lolipop. Romi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan Rina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi Rina juga menikmati mengisapi batang penis milik Romi itu. Bagaimana Rina harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis Romi kedalam mulutnya.

“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”

Rina melepahkan pelir Romi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis Romi dan dijilatnya batang Romi mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat Romi kocar kacir. Rina mengeluarkan pengalamannya demi membuat Romi bertekuk lutut, sialnya Romi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga Rina harus berupaya ekstra.

Akhirnya Romi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, Romi tiba-tiba menjambak rambut panjang Rina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Rina yang sama sekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul Romi ketika penis gagah Romi terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Romi dengan gilanya menggagahi tenggorokan Rina tanpa ampun, membuat Rina tersedak dan terbatuk-batuk hebat.

Bak di dalam video porno hardcore, Rina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa Romi. Diantara keberingasan itu Rina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas Romi ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam Rina.

“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”

Romi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut Rina. Cairan sperma Romi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan Rina. 1,2,3,4, kali penis Romi berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut Rina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Rina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika Romi usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi.

“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”

Rina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Rina mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Romi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue.

“Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat Rina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.

Romi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir Rina yang masih tidak karu-karuan. Romi dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Rina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah Romi.

“Maap kak… Romi kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak Rina hebat banget sih nyepongnya. Romi jadi ga kuat..” Ujar Romi sambil malu-malu

“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus Rina kesal.

“Iya deh maap ya kak nRn, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu Romi.

“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir Rina sembari masih tersengal-sengal.

“Jangan gitu dong kak Rin, haha. Enak kan kontol Romi? Buktinya kak Rina ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar Romi sambil tersenyum-senyum.

“Halah, kepedean lu Rom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos Rina lagi.

“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak Rin belom keluar.. Karena Romi baik, sini gantian Romi bantuin, Kak.” goda Romi sambil tersenyum-senyum girang.

“EH EH mo ngapain lu Rom? Ih lepass!”

Romi segera merengkuh tubuh Rina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh Rina betapa badan Romi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Romi dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher Rina. Bahkan tangannya Romi juga kini ikut menggerayangi dada Rina.

“Rom.. Rom udah Rom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon Rina berusaha menghentikan serangan Romi.

“Kenapa kak Rin? Hmmmm…mmmuach… kan Romi cuman pengen bantuin kak Rina aja, ga enak dong Romi tadi udah keluar duluan kak Rina belom.. Mmmmwach..” ujar Romi terus menyerang tengkuk Rina. Rina merasakan penis Romi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.

“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya Rom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah Rina berusaha menghindar, Rina merasa terpaksa menyerah ketimbang Romi terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.

“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak Romi jilatin kak.” ujar Romi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.

Rina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja Rina pasrah oleh serangan Romi. Romi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat Rina geleng-geleng kepala. Rina dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar Romi tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.

“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Romi pengen jilat yang ini dulu..” Ujar Romi seraya meraba payudara Rina. Sialan pikir Rina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan Romi.

Dengan masih tersenyum-senyum cabul, Romi merabai payudara Rina. Ditariknya lagi Rina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Romi dengan lembut menjawil puting susu Rina dari balik bra.

“Eghmmm..”

Rina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Romi tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan Rina habis-habisan. Kini dua telunjuk Romi bermain di kedua puting susu Rina yang kenyal. Rina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Romi beralih kebelakang Rina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting Rina lembut. Untunglah pikir Rina, karena Romi jadinya tidak bisa melihat ekspresi Rina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh Romi.

Romi terus memancing desahan Rina untuk keluar. Dari posisi belakang, Romi dengan diam-diam kembali menciumi leher Rina penuh nafsu. Rina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala Romi mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah Rina melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher Romi. Romi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh Rina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Rina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.

“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau Rina dalam kenikmatan.

Romi dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik puting Rina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping Rina membuatnya bergetar keasyikan. Rina tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.

Kemudian secara perlahan sebelah tangan Romi merayap kebawah dan membelai paha Rina. Rina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan Romi untuk membuka kedua pahanya. Romi mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam Rina. Rina menoleh kearah Romi dan segera memagut bibir Romi penuh nafsu ketika jemari Romi merabai kemaluannya lembut.

“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin Romi?” tanya Romi mesra.

Rina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir Romi sembari badannya menggigil merinding ketika Romi terus menjamahi kemaluannya. Romi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Rina. Rina yang kalap menjambak rambut Romi dan menciumnya makin dalam ketika jemari Romi mengusap bibir vagina Rina yang berlendir.

“Ssshh.. Itilnya rom, itilnya mainin plis..” Mohon Rina.

“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”

“Aggghhh rommm….”

Rina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah Romi menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan Rina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Romi menjawili mesra klitoris Rina. Kini bahkan kedua kaki Rina berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat Romi makin leluasa mengerjainya.

“Ahmmm… gila rom enak bangettt.. Terusin romm… kocokin memek gue rommm…”

Romi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan Rina. Sangking basahnya dengan mudah jari Romi menelusup masuk. Romi baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Romi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina Rina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, Rina merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara Romi diantara kedua kakinya terus mengorek-ngorek vagina Rina.

“Rooom.. Gilaa…tommm…auhh terus rommm…. Mhmhh..”

Rina merengek-rengek liar ketika Romi memasukkan jari kedua kedalam vagina Rina dan kemudian menyeruput klitoris Rina dengan sedapnya.

“Shrrrrppppppptttt…..”

Rina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari Romi kedalam vagina Rina dengan beringas.

“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue rom, kasarin romm.. Ouggghhh fuck me!”

Romi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang Rina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Romi merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina Rina. Rina mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga Rina menyemburkan cairan encer dari dalam kemaluannya. Romi terbelalak kaget ketika Rina terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang.

Dan akhirnya Rina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan Romi yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu Romi merasakan sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Rina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Romi membiarkan Rina beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Rina kembali sadar dan melirik lembut kearah Romi.

“Sini Rom..” Panggil Rina lembut.

Romi mendekat diatas tubuh Rina dan kemudian secara naluriah Rina melingkarkan kedua kakinya di pinggang Romi, dan mencumbui bibir Romi mesra. Rina sendiri merasa takjub Romi bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu.

“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar Rina sembari tetap mendekap manja Romi.

“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya Romi bisa bikin kak rin muncrat ampe segitunya..” kelakar Romi.

“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar Rina lagi sembari kembali mencumbu Romi manja.

“Haha.. berarti lebih jago Romi dong dari pacarnya kak Rina? Kalo gitu pacaran sama Romi aja kak.. Romi entot tiap hari deh janji..” rayu Romi nakal.

“Haha geer lu rom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”

“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”

Romi terus merayu Rina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Rina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris Rina membuat Rina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina Rina yang sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu.

“Emang lu bisa masukin rom? Yakin ga salah lobang?” goda Rina sambil tersenyum genit.

“Wah meragukan nih. Bener ya? Romi masukin nih… hmmmmm..”

“Coba aj–eggngnggghhhh….”

Rina seketika meringis ketika kepala penis Romi masuk tepat sasaran kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Romi tersenyum penuh kemenangan melihat Rina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis Romi sudah merangsek masuk kedalam liang vagina Rina. Romi merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.

“Romiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak Rina belom siap..” Protes Rina dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.

“Tadi kak Rina nantangin.. sshhh.. Romi masukin lagi yah? ughh..” ujar Romi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina Rina.

Romi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina Rina. Rina merengkuh leher Romi kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis Romi tertanam seluruhnya dalam vagina Rina. Romi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina Rina. Begitu juga Rina yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis Romi. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis Romi dibanding milik kekasihnya, dimana vagina Rina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.

“Gede banget rom…” bisik Rina tanpa sadar oleh rasa takjub. Romi jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama.

Dengan percaya diri Romi mulai menggenjot Rina dibawahnya. Romi dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.

POK.

POK.

POK.

POK.

POK.

Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Romi dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat Rina dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan Rina.

“Sshh.. sini kak rin gantian kak, entotin Romi yah.. hehe..” Ujar Romi sembari merengkuh badan Rina.

Masih dalam posisi missionary, Romi merengkuh badan Rina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya Rina duduk dipangku diatas Romi berhadap-hadapan dengan Romi berada dibawah. Rina dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis Romi.

“Ughhh.. dalemm..” bisik Rina manja.

Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal Romi menancap dalam. Rina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Romi dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat Rina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat Rina menunggangi Romi sambil terus meracau dan mendesah.

Romi yang masih belum puas bermain dengan Rina, menggiring Rina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki Rina. Rina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika Romi serta merta dengan gagahnya menggendong Rina didalam dekapannya.

“Ahhg romm, mo ngapain..?”

Romi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan Rina. Dengan sekejap Romi kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan Rina masi dalam posisi berdiri menggendong Rina seperti itu.

“AUGH!!”

Rina melolong antara ngilu dan nikmat ketika Romi lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Rina hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher Romi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, Romi mengayun Rina maju mundur. Badan Rina terombang-ambing terus menerus dihantam oleh Romi yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh Rina betapa Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.

Rina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan Romi makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan Romi masih dengan gagahnya menggendong Rina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.

“Rom.. Romii… ROMI!!”

Rina memekik kencang memanggil nama Romi manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim Rina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat Rina mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang Romi. Romi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Romi tersenyum melirik ekspresi Rina yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.

Romi dengan perlahan kembali menelentangkan Rina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan Romi. Rina yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari Romi. Romi dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Rina, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah Romi kembali bergelora ketika membayangkannya.

“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Romi masi belum keluar lagi nih..” Ujar Romi seraya membaringkan badan disebelah Rina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Rina mendengking pelan menghindari usapan tangan Romi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan Romi, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya Rina enggan untuk meladeni nafsu bejat Romi yang ternyata diluar dugaan Rina itu. Dengan gemas Romi menjambak rambut Rina dan berbisik kasar.

“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar Romi dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Rina. Rina seketika ciut mendengar perkataan Romi barusan. Ia tak menyangka Romi bisa membuatnya ketakutan seperti itu.

“Mmmggghh..! Udah Rom.. Please..” Mohon Rina sepenuh hati. Didorongnya Romi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Romi yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Rina. Romi kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala Rina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut Rina.

“MMFHGHGHHH!!”

Rina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir Romi yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Romi mengangguk-anggukkan kepala Rina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut Rina.

“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”

Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur Rina, Romi pun mengangkat badan Rina hingga Rina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat Rina. “Anngggghh!” Rina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Romi meraih pinggul Rina, dan dengan tanpa ampun Romi menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan Rina dengan kasar.

“NNGGHHH!”

Rina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis Romi kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi Romi segera menggenjot kemaluan Rina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

PLAK!

PLAK!

“Annnnghhhhhh ammmpuunn rommmm.. Amp–ngaaahhh!”

Rina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh Romi. Romi dengan buasnya menghantam Rina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu Rina malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam Rina juga ikut menikmati sensasi kasar ala Romi terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat Rina agak bosan. Perilaku kasar dan beringas Romi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya Rina malah lebih menikmatinya.

Romi meraih rambut Rina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” Rina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Romi berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.

“Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”

Kini Romi bahkan meraih leher Rina dan mencekiknya hingga badan Rina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Romi masih terus menghajar Rina dari belakang tanpa ampun. Romi mencekik leher Rina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga Rina dari belakang.

“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak Rina? Hmm? Enak ngga Romi entotin gini?!” Bisik Romi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher Rina. Rina yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan Rina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat Romi, tak rela apabila Romi mengendurkan genjotannya. Rina begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.

“Mau ngga Romi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik Romi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut Rina semakin keenakan. Semakin kasar Romi, semakin birahi Rina berkobar.

“Agh-agh-agh-m-mau-ro-rom-agh-agh-agh” Jawab Rina terbata-bata akibat guncangan kasar Romi menyetubuhi dirinya.

“Shh–aah… kalo gitu-shh–terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”

Romi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Rina. Rina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap.

Rina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat Romi yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan Rina. Dan entah mengapa Rina jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir Romi lembut sambil ia tersipu malu dan Rina pun kembali merebahkan diri disebelah Romi.

“Mhh.. kenapa kak rin? Dah bangun?” Ujar Romi yang setengah tersadar.

“Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..” Balas Rina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.


Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga Ngentot Dengan Teman Kakakku Yang Montok Adalah Hal Yang Tak Terduga Reviewed by INDUK TOGEL on November 17, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.