Lelaki Perkasa Yang Berhasil Memuaskan Anak Majikannya
Cerita Sex Terbaru - Lelaki Perkasa Ynag Berhasil Memuaskan Anak Majikannya - Pertama aku kerja dan berangkat ke kota Bekasi tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Deni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Bekasi, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 2 SMA namanya Retno, usianya kira-kira 17 tahun.
Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang
juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan
Pak Deni namanya Bik Atun usianya kira-kira 30 tahun. Teman Retno banyak sekali
setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam,
hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Retno pulang untuk
mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00.
Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam
minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Retno masih terkunci dari dalam. Aku
nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Retno, aku
hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Deni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat
tamannya saja.
Pagi itu Pak Deni dan Istrinya pamitan mau keluar kota,
katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Atun dan
Non Retno. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Retno masih belum bangun
juga dan Bik Atun sudah selesai memasak.
“Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci.”
“Iya Bik!” jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah.
Setelah Bik Atun pergi aku mengunci pintu gerbang.
Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku
bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku
mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Retno sedikit terbuka
berarti yang mandi Non Retno. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku
mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Retno mulus dan susunya
sangat kenyal, kuamati terus saat Non Retno menyiramkan air ke tubuhnya, dengan
perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula.
Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup
sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang
memang sudah tegang, kulihat Non Retno membasuh sabun keseluruh badannya aku
nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku
cepat-cepat pergi, sebab Non Retno sudah selesai mandinya namun karena gugup
aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar
mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih
tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan
yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu kalau Bik Atun
berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Atun menegurku,
“Ayo.. ngapain kamu.”
Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa
malunya aku.
“Ng.. nggak Bik..” kataku sambil cepat-cepat keluat dari
kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.
Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang
untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Atun mencuci kuurungkan niat itu.
“Kenapa kok kembali?” tanya Bik Atun.
“Ah.. enggak Bik..” jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
“Lho kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci,
lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang
akan dibilas,” pinta Bik Atun.
Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Atun. Entah sengaja
memancing atau memang kebiasaan Bik Atun setiap mencuci baju selalu menaikkan
jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap
begitu cepat
“Begitu putihnya paha Bik Atun ini” pikirku, lalu bayanganku
mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Atun.
“Heh! kenapa melihat begitu!” pertanyaan Bik Atun
membuyarkan lamunanku
“Eh.. ngg.. nggak Bik” jawabku dengan gugup.
“Sebentar Bik, aku mau buang air besar” kataku, lalu aku
segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.
Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Atun
sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak
merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat
Bik Atun masih asik dengan cucianya.
“Ngapain kamu tadi didalam Jon?” tanya Bik Atun.
“Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok,” jawabku
sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Atun.
“Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit
kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak
taunya benar,” kata Bik Atun
“Hah..? jadi Bibik mengintip aku?” tanyaku sambil menunduk
malu.
Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
“Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang
saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama
Bibik ” panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
“Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti
tadi Jon?” tanya Bik Atun.
“Ah nggak Bik,”jawabku sambil malu-malu.
“Nggak gimana?” tanya Bik Atun seolah-olah mau menyelidiki
aku.
“Nggak usah diteruskan Bik aku malu.”
“Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok,
Non Retno juga sekolah, Pak Deni kerja?” kata Bik Atun.
“Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku,”
jawabku.
“Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah
pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?”
“Apanya Bik?” tanyaku
“Iya rasanya to..?” gurau Bik Atun tanpa memperdulikan aku
yang bingung dan malu padanya.
“Sini kamu..” kata Bik Atun sambil menyuruhku untuk
mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Atun memegang penisku.
“Jangan Bik..!!” sergahku sambil berusaha meronta, namun
karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Atun memegangi
penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai
menikmati pegangan tangan Bik Atun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil
terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Atun. lalu Bik Atun
mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai
tegang dan tanpa rasa jijik Bik Atun Jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.
“Ach.. Bik.. geli,” kataku sambil memegangi rambut Bik Atun.
Bik Atun nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Atun
berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat
pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan
ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Atun membuka tali kutangnya dan
membiarkan aku terus memegangi susu Bik Atun, dia mendesah sambil tangannya
terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Atun.
“Ach.. Jon.. terus Jon..”
Aku masih terus melakukan perintah Bik Atun, setelah itu Bik
Atun kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah
sambil memegangi rambut Bik Atun.
“Bik aku seperti mau pipis,” lalu Bik Atun segera melepaskan
kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Atun nggak
memakai celana dalam.
“Sini Jon..,” Bik Atun mengambil posis duduk, lalu aku
mendekat.
“Sini.. masukkan penismu kesini.” sambil tangannya menunjuk
bagian selakangannya.
Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Atun.
“Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya..”
“Iya Bik” kuturuti permintaan Bik Atun, lalu aku merasakan
seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
“Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?” tanya Bik Atun
sambil membetulkan tali kancingnya.
“Iya Bik..”jawabku.
Esoknya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku
selalu melakukan adegan ini dengan Bik Atun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak
nyangka kalau Non Retno pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan
kuda-kudaan dengan Bik Atun, Non Retno memergoki kami.
” Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak
laporkan pada papa dan mama, kalian!”
Melihat Non Retno kami gugup bingung, “Jangan Non.. ampuni
kami Non,” rengek Bik Atun.
“Jangan laporkan kami pada tuan, Non.”
Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami
menangis di depan Non Retno, mungkin Non Retno iba juga melihat rengekan kami
berdua.
“Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!” bentak Non Retno.
“Iy.. iya Non,” jawab kami berdua.
Esoknya seperti biasa Non Retno selalu bangun siang kalau
hari minggu, saat itu Bik Atun juga sedang belanja sedang Pak Deni dan Istrinya
ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Retno
memanggilku,
“Joon!! Cepat sini!!” teriaknya.
“Iya Non,” akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak
menemukan Non Retno.
“Non.. Non Retno,” panggilku sambil mencari Non Retno.
“Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak
membawa,” teriak Non Retno yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
“Iya Non.”
Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah
kuambilkan handuknya “Ini Non handuknya,” kataku sambil menunggu diluar.
“Mana cepat..”
“Iya Non, tapi..”
“Tapi apa!! Pintunya dikunci..”
Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Retno
yang ada didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku
terkejut hampir tidak percaya Non Retno telanjang bulat didepanku.
“Mana handuknya,” pinta Non Retno.
“I.. ini Non,” kuberikan handuk itu pada Non Retno.
“Kamu sudah mandi?” tanya Non Retno sambil mengambil handuk
yang kuberikan.
“Be..belum Non.”
“Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku,”
kata Non Retno.
Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non Retno, tiba-tiba
aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non Retno, aku hanya bengong
ketika Non Retno melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar
ketika Non Retno memegang milikku yang berharga.
“Non..,” sergahku.
“Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan
perbuatanmu dengan Bik Atun pada papa,” ancamnya.
Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu
perbuatan Non Retno mengundang birahiku, sambil tangan Non Retno bergerilya di
bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman yang
lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Retno yang singsat dan padat. Non Retno
mendesah, “Augh..”
Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan Non Retno, kulihat
bukit kecil diantara paha Non Retno yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum
begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Retno diam saja, lalu aku arahkan
bibirku diantara selakangan Non Retno.
“Sebentar Jon..,” kata Non Retno, lalu Non Retno mengambil
posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki
dilebarkan, ternyata Non Retno memberi keleluasaan padaku untuk terus menciumi
vaginanya.
Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung
melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.
“Augh.. Jon.. Jon,” erangan Non Retno, aku merasakan ada
cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Retno. Melihat erangan Non Retno
kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Retno, seperti yang diajarkan Bik Atun
kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Retno. Non Retno semakin mendesah,
“Ugh Jon.. terus Jon..,” desah Non Retno. Lalu kuarahkan penisku pada vagina
Non Retno.
Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina
Non Retno, ternyata Non Retno sudah nggak perawan, kata Bik Atun seorang
dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki
dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam
vagina Non Retno tidak kutemukan darah.
Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah
kulakukan pada Bik Atun sebelumnya. “Non.. aku.. mau keluar Non.”
“Keluarkan saja didalam Jon..”
“Aggh.. Non.”
“Jon.. terus Jon..”
Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang
penisku kedalam vagina Non Retno, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.
“Ough.. terus.. Jon..”
Kulihat Non Retno menikmati gerakanku sambil memegangi
rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu
juga aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami
berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Retno
menciumku.
“Terima kasih Jon kamu hebat,” bisik Non Retno.
“Tapi aku takut Non,” kataku.
“Apa yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku
nggak akan bilang sama papa” kata Non Retno. Lalu kami mandi bersama-sama
dengan tawa dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua wanita,
kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Atun, maka aku melakukannya dengan Bik Atun.
Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non Retno, bahkan kalau malam hari
semua sudah tidur, tak jarang Non Retno mencariku di luar rumah tempat aku jaga
dan di situ kami melakukannya.
Lelaki Perkasa Yang Berhasil Memuaskan Anak Majikannya
Reviewed by INDUK TOGEL
on
November 14, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: